Mangrove Tapak 2015

(long post ahead)


Tetiba sudah ganti tahun ya? 2016. I havent let that sink in. Yet. Karena setiap mau nulis tanggal kadang masih salah nulis tahun 2015.


Sebenernya nih ya, ada beberapa postingan yang pengen aku tulis sejak setahun lalu, atau bahkan tahun 2014! Kebanyakan postingan tentang jalan-jalan. Misalnya, dulu tahun 2014 pas ke Cirebon, muterin kota buat mendatangi 3 Keraton Cirebonan. Sejak dari situ, aku jadi semangat kalo mau berlibur ke destinasi alam atau tempat-tempat bersejarah karena selain bisa belajar, aku juga bisa jepret jepret. Iya, jaman sekarang udah jarang yang gak main sosmed yah. Jepret jepret, cakep dikit, aplod ke path/facebook. Aku sih seringnya aplot di instagram.

Sesekali lah pake bahasa Indonesia. Lagian, ada temen yang komplen kalo dia males baca postinganku yang bahasa Inggris. HAHA. YEAH YOU NOVI. But nevertheless, she still read some of it though.
Postingan hari ini mau membahas unfortunate event bulan April tahun lalu.
Gak unfortunate banget sih tapi yah....

Hari Minggu (26/4) dimulai dengan bangun pagi dan bersih-bersih rumah secara kilat. Jam 9 lebih ada acara mau ke Panti Asuhan diajak Fitri. Fitri ini anaknya up to adventure but she's damn sympathetic. Dia aktif mengajar anak-anak di deket rumah, sering berbagi dengan yang kurang beruntung (panti jompo, panti asuhan, anak jalanan, dll), dan dia tahu tempat tempat bagus. Haha. I just tagged along. Aku waktu itu belum bisa ikut iuran, jadi cuma ngasih tenaga bawa-bawa makanan doang. Cuma ada 4 orang sih. Pergi ke Panti Asuhan di Mangkang. Anak-anaknya dari mulai 13 tahun sampai 18 tahun kalo gak salah. Pemiliknya memiliki mindset untuk mau menampung anak yang sudah bisa bebenah sendiri, yaitu setelah lulus SD. Nanti setelah lulus SMA, mereka dianggap sudah cukup dewasa untuk bertanggungjawab terhadap hidupnya sendiri, lalu 'lulus' dari panti tersebut. Ada beberapa yang memang dikirim keluarganya dari desa untuk pergi ke sana untuk mendapat pendidikan yang lebih baik. The girls are so shy. Kita ajak foto tapi mereka cuma bersembunyi di belakang satu sama lain. Rumah untuk yang perempuan terdiri dari 2 lantai. Mereka memiliki jadwal piket yang terbagi menjadi kelompok masak dan bersih-bersih. Yang laki-laki rumahnya di dekat halaman belakang dan luas. Jadi walaupun tidak tingkat 2, tempat mereka lebih luas. Mereka menanam sayuran secara mandiri sehingga tidak perlu pergi ke pasar. Setiap Kamis malam, mereka mengadakan acara rebana dan shalawatan. Pemiliknya cerita kalau tiap tahun SMA 3 mengirim siswanya untuk menghabiskan waktu di panti tersebut.
Hah? Iya? Mungkin untuk kegiatan social care. Memang, setiap tahun ada acara itu menjelang kelulusan. Aku dulu kebagian ke Panti Sosial (?) yang bertanggung jawab Dinas Sosial. Mereka menampung orang-orang jalanan yang tidak memiliki keluarga (jelas) dan kebanyakan cenderung mengidap penyakit mental seperti Skizofrenia. Ternyata sejak dulu aku udah bersinggungan dengan mental ward (?). Maksudnya, sebelum masuk ke Psikologi.
Kunjungan kami yang mendadak membuat pemiliki panti asuhan kelabakan dan cenderung menolak kedatangan kami. Bukannya apa-apa, tetapi mereka belum menyiapkan acara apapun untuk menyambut kami. Anak-anak khusus menghabiskan waktu Minggu mereka untuk mencuci atau kegiatan bersih-bersih lainnya. Jika kami membuat jadwal terlebih dahulu, mungkin mereka akan lebih siap dan malah menyambut kami dengan kegiatan khusus. Ah, kami tidak bermaksud begitu. Kami hanya ingin berkunjung dan berbagi. Gak ada acara penyambutan juga gak apa-apa. Panti Asuhan An-Nisa kalo gak salah.
Selesai kunjungan, kami berempat makan siang, lalu lanjut ke Tapak.




Tapak? Tapak itu sebuah nama tempat di Mangkang Semarang yang banyak terdapat tambak dan hutan mangrove. Kami di sana dateng hampir jam 3 kayaknya. Matahari sedang bersinar terik. Aku udah ketar-ketir, ntar pulang dari sini bakal tambah item nih. Wa tipe yang main di bawah matahari dikit, langsung gosong. Huft. Ternyata banyak banget yang main yang ke sana, parkiran penuh motor. Wuih, motor berjejer, mungkin kalo dihitung ada lebih dari 100 motor. Tapi karena Tapak tempatnya luas banget, kami hampir tidak berpapasan dengan orang. Mereka kebayakan mencari spot mancing or mojok. /roll eyes/ Bapak-bapak yang mencoba peruntungan mereka mencari ikan. Gak ada yang narik karcis atau apapun. Masuk tinggal masuk. Kami seneng-seneng aja. Jalan ke sana kemari, cari spot foto. Walaupun aku termasuk baru masuk di antara mereka, tapi mereka cukup asik. Aku biasanya kalo bareng orang yang baru kenal itu suka tiba-tiba jadi orang bisu. Gak tahu mau ngomong apa. 2 dari kami berempat adalah temen SMP-ku. Yang satu lagi itu temen kenalan Fitri (?), anaknya cepet akrab gitu. Lumayan lah. 


 
Kami jalan makin masuk ke dalam buat nyari hutan Mangrove. Tiba-tiba ketemu sama sekelompok nelayan. Mereka menawari tumpangan naik perahu. Fitri mengiyakan langsung. Aku mah yang gak ngeh, tau-tau suruh ikut naik perahu aku juga bingung. Ah, ya udahlah ya. Asek ada foto di perahu.




Kami yang gak tahu harus berhenti dimana, kami bilang ya gas aja pak. Tau-tau sampe ke deket Graha Padma. WHAT. Itu kan deket bandara? Bapak nelayannya, yang kira-kira ada 4-5 orang itu, ternyata sudah jamnya pulang. Mereka parkir kendaraan di pelabuhan kecil deket Graha Padma. Aku sama yang lain celingukan? Gimana inih?
Tenang aja mbak, ini bapaknya yang punya perahu balik lagi ke Tapak, kata salah satu bapak nelayan. Mereka ternyata juga bukan nelayan asli, mereka nyewa perahu buat mancing. Buset.
Begitu mau balik ke Tapak, kami udah gelisah, ada dimana, gimana pulang, dan HUJAN TURUN.


Man, hujannya gak yang gerimis atau hujan biasa, HUJAN LEBAT CUY. Wa kesel tapi mau gimana lagi, kami lagi di TENGAH LAUT WOY. Aku cuma bisa menghibur diri dengan melihat langit biru mendung di atas yang menurunkan hujan lebat. Kalau bahasa novel sih: Aku menatap nanar ujung perahu ini yang tidak jelas dimana ia akan berlabuh.
Beuh. Aku bawa jaket jeans yang lumayan tebel buat tutupan kepala tapi karena hujannya lebat, gak lama kemudian udah basah. Dulu waktu aku suka hujan-hujanan, it didnt end well. Kalau gak sakit demam yang gejala tipes. Wa udah berdoa cemas gitu, jangan sakit, semoga gak apa-apa.
Tiba-tiba bapak perahunya bilang mau menghampiri nelayan di sebuah gubuk di tengah laut. Bapaknya bilang mereka harus dijemput dulu baru kita bisa pulang.
Lah aku mau bilang apa? And im lyke whatever. Punya pilihan apa aku?
Di sisi lain, aku berpikir well this is gold. Great story for blog. Tapi inih baru 9 bulan kemudian baru jadi nulis ceritanya. My inner adventurous side whispered that this was a sweet coincidence that I wouldnt get in another 20 years. Be happy!
Beneran, ada sebuah gubuk di tengah laut....  Wa lemes sama amazed. Lemes karena entah kita jadi pulangnya jam berapa. Amazed karena wow aku terdampar di gubuk tengah laut! Gubuknya satu di tengah kira-kira bentuknya persegi, gak ada pintunya, ada atapnya. Di luar gubuk, ada jalan kecil yang dibuat dari kayu bambu panjang. Bayangin aja lagi ada di tambak. Ada kolam di tengah, dikelilingi oleh jalan setapak, di satu sisinya ada gubuk buat istirahat. Nah, begitu. Sayang, aku gak punya fotonya. Karena aku gak punya hape yang bagus buat foto, selain itu kamera hape yang lain dibuat foto-foto oleh pemiliknya masing-masing. Ini aku sempet foto karena aku pinjem sejenak setelah si pemilik hape selesai foto telentang di pinggir gubuk. HAHAHAHA. Di samping gubuk ada kayak tempat nongkrong gitu, doski foto telentang di situ. Memanfaat kondisi backlight. Karena di sisi satunya ada matahari sore sekitar jam 4-an. 


Eh, bapak nelayan yang lagi ngiup di gubuk itu ada 2 orang. Salah satunya langsung menawarkan untuk mengambil foto kami berempat. It's like unspoken rule, kalo ada cewek sekumpulan cewek yang terdampar di suatu tempat, mereka ngeluarin hape, trus bakal minta orang di sekitarnya untuk mengambilkan foto mereka bebarengan. Just because.
......it turns out better than we thought.....
 




Hujannya berenti beberapa saat setelah kami ngiup di gubuk. Bapak nelayan kembali memancing. Bapak perahu ikutan duduk di sebelah bapak nelayan di jalan setapak agak jauh dari gubuk. Kami berempat? Selfie, ngakak-ngikik, becandaan sampe perut sakit, selfie lagi, tiduran berbantal tas. 

Dan voila tahu-tahu sudah hampir matahari tenggelam. Kami pun naik perahu untuk pulang.
Finally.

Postingan ini dipersembahkan oleh Fitri yang mengatur jadwal piknik hari itu, bapak-habis-mancing-yang-menyesatkan-karena-turun-duluan-di-graha-padma, en bapak yang menyewakan perahu.
Pulang-pulang, baju atasan kami sudah mulai mengering tapi masih lembab, celana jeans yang masih basah-sah, lalu dilanjutkan makan mie ayam bakso di Krapyak. Kemudian, pulaaaaaaaaang. Ibu di rumah sambil geleng-geleng kepala lihat anaknya bak kucing kecemplung got: kotor dan basah. Tapi kantong tertawaku sudah lumayan terisi. And the darn adventure, plus natural view, it's really worth it. Di ruang makan, aku disambut ubi keju goreng. Nyamm~~

Sampai ketemu di postingan selanjutnya!

(maapkeun wajah kami yang lungset) (haha) (this is no edit yo)

CONVERSATION

0 komentar:

Back
to top